Hamas Siap Memulai Dialog dengan Amerika Serikat

ClawsNews,JALUR GAZA – Seorang pejabat senior Gerakan Perlawanan Palestina (Hamas) mengumumkan bahwa kelompoknya siap untuk memulai dialog dengan Amerika Serikat (AS). Pengumuman ini datang hanya beberapa jam setelah dimulainya perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza. Langkah yang jarang dilakukan oleh Hamas ini, yang sebelumnya sering mengkritik Washington atas dukungannya yang tidak tergoyahkan terhadap Israel, bertujuan untuk memperluas hubungan internasional kelompok tersebut dan meningkatkan citra globalnya.

Mousa Abu Marzouk, dalam wawancara telepon pada hari Minggu (19/1/2025) dengan The New York Times, menyatakan, “Kami siap untuk berdialog dengan Amerika dan mencapai kesepahaman mengenai segala hal.” Pejabat Hamas ini menambahkan bahwa mereka bersedia menjadi tuan rumah bagi utusan dari pemerintahan Presiden AS, Donald Trump, di Gaza, bahkan siap memberikan perlindungan jika diperlukan. “Dia bisa datang, bertemu dengan rakyat kami, dan mencoba memahami perasaan serta harapan mereka, sehingga posisi Amerika dapat didasarkan pada kepentingan semua pihak, dan bukan hanya satu pihak,” jelasnya.

Abu Marzouk mengungkapkan bahwa dialog ini dapat membantu Washington memahami perasaan dan aspirasi Palestina, yang berpotensi mengarah pada posisi AS yang lebih seimbang, mencerminkan kepentingan semua pihak, bukan hanya mendukung rezim Israel. NBC News melaporkan bahwa utusan Trump untuk Timur Tengah, Steven Witkoff, sedang mempertimbangkan untuk mengunjungi Gaza guna membantu mempertahankan gencatan senjata, berdasarkan informasi yang diperoleh dari anggota tim transisi Trump yang mengetahui proses gencatan senjata tersebut.

Posisi Pimpinan Hamas

Masih belum jelas, menurut The New York Times, apakah pernyataan Abu Marzouk mewakili posisi semua pemimpin senior Hamas, termasuk Mohammed Sinwar dan Ezzedine Haddad, dua komandan militer terkemuka di Gaza.

Pengaruh Presiden Trump

Abu Marzouk memuji peran Presiden AS saat ini, Donald Trump, yang dianggap sangat menentukan dalam mencapai gencatan senjata. “Jika bukan karena Presiden Trump, desakannya untuk mengakhiri perang, dan pengiriman utusan yang tegas, kesepakatan itu tidak akan tercapai,” ujar Abu Marzouk, merujuk pada peran Steven Witkoff.

Tantangan untuk Hamas

Hamas kemungkinan besar akan dihadapkan pada kebutuhan untuk membuat konsesi agar dapat memperoleh bantuan internasional yang diperlukan untuk rekonstruksi Gaza. Meski kelompok ini telah menyatakan kesediaannya untuk melepaskan pemerintahan sipilnya di Gaza, mereka menegaskan tetap menolak untuk membubarkan sayap militernya.

Hubungan dengan Barat

Amerika Serikat telah mengklasifikasikan Hamas sebagai “organisasi teroris” sejak 1997, sebuah label yang juga digunakan oleh negara-negara Barat lainnya. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Hamas berupaya untuk meningkatkan hubungan dengan pemerintah Barat, salah satunya dengan merilis dokumen politik pada tahun 2017 yang menguraikan posisi yang lebih moderat dibandingkan dengan piagam pendiriannya. Meskipun dokumen tersebut menunjukkan kesediaan untuk menerima negara Palestina di sepanjang perbatasan 1967 sebagai “rumus konsensus nasional”, mereka tetap menolak untuk mengakui rezim Israel.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *